Tingkatkan Pelayanan pasien BPJS, RSUD Sondosia Berusaha Jalin Kemitraan
RSUD SONDOSIA. Untuk meningkatkan pelayanan bagi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, RSUD jalin kemitraan dengan dengan stakeholder lain. Kemitraan tersebut diantaranya adalah dengan apotek mitra untuk meminimalkan risiko kehabisa stok obat-obatan bagi pasien BPJS.
Upaya tersebut diantaranya dengan melakukan kerjasama dengan beberapa apotek terdekat untuk memastikan pasien BPJS tidak membeli obat sendiri. “Khusus pasien BPJS, kita sangat ingin memberikan pelayanan terbaik sesuai harapan peserta. Meskipun kita memiliki tingkat kesesuaian dengan formularium RS mencapai 95%, namun ada saja obat-obatan yang tidak tersedia. Untuk itu kami melakukan kerjasama dengan apotek sekitar untuk mengatasi ketika terjadi ketidaktersediaan obat sesuai resep ini”, Jelas Dr. Firman, MPH, direktur RSUD Sondosia.
BPJS sendiri telah secara berkala terus melakukan evaluasi pelayanan fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan mereka. Salah satunya adalah RSUD Sondosia. Terkini, evaluasi BPJS terhadap pelayanan di RSUD Sondosia memperoleh skore 89. Secara angka telah melewati standar skor 88. Namun terdapat beberapa temuan yang harus ditindaklanjuti oleh RSUD Sondosia. Temuan yang di maksud adalah yang saat ini nilainya masih 0 atau belum ada.
Direktur RSUD Sondosia menyampaikan kalau rekomendasi atas temuan tersebut telah ditindaklanjuti. “Beberapa area yang penilaian kami masih rendah bahkan nilai nol seperti penyediaan fasilitas mesin antrian dan layar informasi antrian pasien belum kami punyai. Kami sudah menandatangan komitmen untuk mengusahakan system/IT tersebut di 2024”, jelasnya.
Direktur juga mengaku sangat peduli dengan pelayanan pasien BPJS. Menurutnya, saat ini hasil klaim dari pasien BPJS adalah sumber utama pendapatan rumah sakit. Sehingga menurutnya, berbagai masukan untuk meningkatkan pelayanan pasien BPJS ini sangat perhatikan. “Tentu saja sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kami”, ujarnya.
Disamping itu menurutnya, RSUD Sondosia saat ini juga sedang menyiapkan ruang bersalin atau pearawatan nifas secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar akses pelayanan bagi ibu-ibu hamil atau bersalin termasuk peserta BPJS menjadi lebih dekat dan mudah. “kami menafaatkan ruangan yang ada di belakang untuk ruang nifasnya, sementara untuk bersalin sementara masih di VK IGD. Dokter spesialis Obgin yang bertanggung jawab juga sudah kami komunikasikan. Semoga semuanya lancar”, harapnya.

Sebagaimana diketahui, RSUD Sondosia sejatinya memiliki lokasi yang sangat strategis. Berdiri di pinggir jalan negara yang terletak di Kecamatan Bolo, membuat akses ke RS relatif mudah. Sarana dan prasana termasuk SDM khususnya dokter spesialis yang belum menetap menjadi salah satu kendala utama kunjungan pasien dan perkembangan rumah sakit.
Salah seorang google review bahkan menulis tentang RSUD Sondosia sebagai RS yang memiliki banyak kekurangan. “Ini pendapat saya ya, sepengalaman saya ngurus keluarga saya yang sakit di rs sondosia ini. Jujur, saya prihatin dengan kondisi RS sekarang yang menurut saya sangat kurang terurus. Kebersihanya (-), perawat yg tidak ramah, dan juga fasilitas tidak memadai. dan untuk ruangannya juga kurang…”, Tulis Aulia setahun yang lalu.
Keadaan saat mengunjungi RS nampak seperti apa yang ditulis reviewer google tersebut. Secara visual, terdapat bangunan lantai dua yang cukup megah di depan, tapi terlihat sepi untuk ukuran sebuah rumah sakit. Bangunan dibelakang banyak yang terkesan tidak terawat, lantai pecah, plafon bolong, parkir kendaraan bahkan sampai di dekat lorong-lorong menuju rawat inap.
Mengomentari keadaan RS, direktur RSUD Sondosia tetap terlihat optimis. Dirinya mengaku mendapat banyak dukungan untuk menata, mengelola rumah sakit ini agar menjadi rumah sakit yang besar dan maju. Katanya ada banyak dukungan dari berbagai pihak terutama dari masyarakat sekitar Sondosia, Kecamatan Bolo, Madapangga, Donggo, Soromandi dan Woha untuk kemajuan RS. “Ada LSM, ada tokoh masyarakat, kepala desa, teman-teman media juga memiliki harapan yang tinggi untuk pengembangan RS ini. Kami sangat percaya, saat sarana dan SDM khususnya dokter spesialis terpenuhi, maka RS ini akan menguasai pasar RS daerah Bima Selatan bahkan regional Sumbawa Timur”, jelasnya.
“Tidak mudah. Tapi dengan kebersamaan, dukungan pemilik, masyarakat yang peduli termasuk teman-teman media, akan membuat RS Sondosia ini menjadi lebih baik ke depan nya”, lanjutnya.
Sehingga menurutnya saat ini dirinya bersama manajemen lain berusaha meletakan fondasi dasar agar system organisasi di RS Sondosia berjalan efektif. Berbagai standar dan system pelayanan khususnya bersamaan dengan implementasi BLUD juga sedang disiapkan. Karena terdapat banyak peraturan pelaksana Tata kelola RS BLUD yang harus disiapkan. “ada banyak SOP dan peraturan pelaksana yang kami siapkan. seperti SOP pelayanan, standar penatausahaan keuangan BLUD, system remunerasi, dan lain-lain. Sehingga misalnya pun kita tidak lagi menjadi pengelola disini, siapapun penerusnya sudah memiliki system kerja yang terstandar. Mumpung masih kecil, masih sedikit pasiennya, kesempatan untuk menyiapkan system letika rumah sakit kita sudah besar dan pasiennya membludak. Itu juga makanya saya sangat dukung penggunaan IT baik untuk pasien BPJS maupun keseluruhan proses di RS ini”, ujarnya.
Tentang kinerja pelayanan pasien BPJS selama semester pertama Tahun 2023, mantan Kepala seksi Pelayanan kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima ini ini mengaku kalau secara umum selama semester pertama Tahun 2023 rata-rata mengalami peningkatan. “Dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2022 (Jan-Juni), Semuanya mengalami peningkatan. Misal pasien BPJS yang dilayani di kelas III meningkat 52%, Ruang Rawat kelas I-II meningkat 151%, Ruang rawat Isolasi meningkat 38%, Klinik (poli) kandungan naik 47%, instalasi laboratorium pasien BPJS meningkat 99,6 %, Radiologi pasien BPJS meningkat 85%”, jelasnya.

Adanya kecenderungan peningkatan pasien ini pada satu sisi mengembirakan, namun sisi lain membuat direktur dan manajemen RS harus berpikir keras agar fasilitas pendukung dan berbagai sarana yang diperlukan bias disiapkan.
“kami memanfaatkan ruangan dan fasilitas yang ada, namun masih banyak kebutuhan sarana lain yang diperlukan untuk menunjang pelayanan tersebut. Misal fasilitas gedung atau ruangan perawatan pasien, sarana pelengkap kamar operasi, penggantian alat foto radiologi, SIMRS dan lain-lain fasilitas pendukung. Apalagi dengan adanya tuntutan standarisasi ruang kelas rawat inap standar yang diminta BPJS saat ini, harus segera kami siapkan. Intinya kami sangat ingin melayani pasien BPJS ini dengan sebaik-baiknya”, pungkasnya